Saudariku,
Allah
Subhanahu wa Ta’ala,
Robb yang
telah menciptakan kita dari setetes mani,
Robb yang
juga telah menciptakan ibu kita, bapak kita, dan orang-orang yang kita sayangi,
Robb yang
telah memberi rizki pada kita sampai kita sebesar ini,
Robb yang
telah memberi hidayah Islam -sebuah nikmat yang sangat besar yang tidak ada
nikmat yang lebih besar dari nikmat ini-
Robb yang
telah memberi kita banyak sekali nikmat,
Robb yang
telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang taat,
Robb yang
juga telah mengancam dengan neraka bagi yang enggan untuk taat,
Robb yang
janji-Nya haq, yang tidak pernah menyalahi janji,
Sesungguhnya
Dia Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan kepada para muslimah untuk menutup
tubuh mereka dengan jilbab.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya,
“Hai Nabi
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang
mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya,
“Pada
akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya)
telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka
karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”
Di dalam
hadis lain terdapat tambahan:
“Mereka
tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya
surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.” (Dikeluarkan
oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jam As-Shaghir hal. 232, dari hadits Ibnu Amru
dengan sanad shahih. Sedangkan hadits yang lain tersebut dikeluarkan oleh
muslim dari riwayat Abu Hurairah)
Saudariku,
Masih
akrab dalam pandangan kita, saudari-saudari kita keluar rumah dengan membuka
auratnya. Beberapa diantaranya sangat “memperhatikan” penampilannya.
Mulai dari
merk baju yang berkelas, model yang up to date,
Bahkan
diantaranya kita lihat baju yang sempit dan serba pendek,
celana
yang juga serba pas-pasan,
rambut
direbounding,
alis yang
“dirapikan”,
lipstik
tipis warna pink,
minyak
wangi yang mmmm…
*mungkin
karena belum tahu*
Saudariku,
Apa yang
kita dapat dari semua ini?
“cantik”?
“aduhai”?
“modis”?
“gaul”?
“tidak
ketinggalan jaman”?
atau
mungkin sekedar untuk bisa percaya diri ketika keluar rumah dan berhadapan
dengan orang-orang?
Memang
banyak yang akan melihat “WAH” pada wanita yang berpenampilan seperti ini
sehingga menyebabkan beberapa di antara kita tertipu dan bahkan berlomba untuk
menjadi yang “terhebat” dalam masalah ini.
Tetapi
saudariku,
Saya ingin
mengajak kita untuk menjadi seorang muslimah yang sejati!
Tidak
perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan apa yang mereka pamerkan dari
tubuh dan kecantikan mereka.
Tidak
perlu kita tiru mereka yang berbangga diri dengan merk yang ada pada baju-baju
mereka.
Sungguh!
Kain sepuluh ribu per meter dari Pasar Bering lebih mulia jika kita memakainya
dalam rangka ketaatan pada Allah,
Robb yang
telah menciptakan kita,
Robb yang
telah mensyariatkan jilbab untuk kita.
Duhai…
Pakaian
mana yang lebih mulia dari pakaian ketaqwaan?
Adalah
nikmat yang besar ketika kita masuk Islam.
Seseorang
dinilai bukan lagi dari tulisan (baca: merk) apa yang tertempel di bajunya,
atau dari seberapa mancung hidungnya, seberapa cantik wajahnya, seberapa elok
parasnya, seberapa anggun bersoleknya.
Tapi
seseorang dinilai dari apa yang ada dalam hatinya, apa yang diucap oleh
lisannya, dan apa yang diperbuat oleh badannya.
Ya!
Seseorang
dinilai dari ketaqwaannya.
Jadi tidak
perlu lagi kita bersibuk-sibuk untuk pamerkan kebolehan tubuh dan kecantikan.
Saudariku,
Tidakkah
kita melihat jajanan yang ada di emperan?
Terbungkus
dengan ala kadarnya,
semua
orang bisa menjamahnya,
atau
bahkan mencicipinya.
Bahkan
seringkali yang mencicipi adalah orang iseng yang tidak benar-benar bermaksud
untuk membeli. Setelah mencicipinya, dia letakkan kembali kemudian dia tinggal
pergi.
Bukan
hanya orang iseng, bahkan lalat-lalat pun mengerumuninya.
Berbeda
dengan makanan berkualitas yang terbungkus rapi dan tersegel.
Terjaga
dan tidak tersentuh tangan-tangan iseng.
Di antara
keduanya, kita lebih memilih yang mana?
Tentu yang
kedua.
Jika untuk
makanan saja demikian, maka lebih-lebih lagi kita memilih untuk diri kita
sendiri.
Saudariku,
Demikian
juga keadaannya seorang lelaki yang baik-baik.
Dia akan
memilih wanita yang menjaga kehormatannya,
yang
kecantikannya tidak dia pamerkan.
Tidak dia
biarkan dinikmati oleh banyak orang.
Yang
demikian adalah karena wanita yang menjaga auratnya lebih mulia dari pada
wanita yang memamerkan auratnya.
Wahai
saudariku,
Bahkan
lelaki yang sholeh berlindung pada Allah dari godaan kita.
Wanita
adalah godaan yang besar bagi lelaki.
Pada
umumnya lelaki itu lemah terhadap godaan wanita.
Maka
sebagai wanita, jangan malah kita menggodanya!
Tetapi
kita bantu mereka untuk bisa menjaga pandangan dan menjauh dari maksiat.
Sukakah
kita jika kita menjadi sebab pemuda-pemuda tergelincir dalam kemaksiatan?
Menjadi
penyebar fitnah dan perusak generasi?
Saudariku
yang aku cintai,
Berat hati
ini melihat hal seperti ini terjadi pada saudari kita…
Allah
telah memuliakan kita dengan mensyari’atkan jilbab untuk kita, namun kenapa
malah menghinakan diri dengan membiarkan aurat terbuka? Secara tidak langsung,
ini berarti membiarkan diri menjadi objek pemuas syahwat yang bisa dinikmati
sembarang orang.
Allah telah memuliakan kita dengan mensyariatkan jilbab
untuk kita, namun kenapa malah menghinakan diri dengan keluar dari ketaatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar